Sabtu, 17 September 2011

Sejarah MBTI




            Berawal dari Carl Gustav Jung (1875-1961) sebagai orang pertama yang merumuskan tipe kepribadian manusia dengan istilah Extravertion dan Introvertion, serta mengemukakan empat fungsi kepribadian manusia yang disebut sebagai fungsi Thinking, Feeling, Sensing dan Intuition.  Kalau kita Indonesiakan istilah-istilah itu maka akan menjadi Extraver, Introver, fungsi berpikir, fungsi perasa, fungsi pengindra dan fungsi Intuitif. 

Dalam penelitiannya, Jung menemukan bahwa manusia memiliki dua orientasi atau kecenderungan dasar dalam menyalurkan perhatian, tenaga dan seluruh kemampuannya.  Kecenderungan mengarahkan dan menyalurkan perhatian keluar diri disebut Extraver dan sebaliknya kecenderungan untuk mengarahkan dan menyalurkan perhatian ke dalam diri sendiri disebut Introver.  Kedua orientasi sekaligus kecenderungan dasar ini saling bertolak belakang. Sikap Extraver berorientasi keluar, pada dunia obyektif; sedangkan sikap Introver berorientasi ke dalam, pada dunia subyektif.
Penemuan lain yang tidak kalah pentingnya juga dalam tipe kepribadian manusia adalah empat fungsi psikologis manusia.  Keempat fungsi psikologis kepribadian manusia itu antara lain; berpikir, perasa, pengindra dan Intutitf.  Fungsi berpikir berhubungan dengan relasi ide satu sama lain untuk mencapai suatu konsep umum atau suatu solusi dari suatu problem.  Fungsi ini berhubungan juga dengan proses kognisi pikiran. Karena itu disebut juga fungsi idesional dan intelektualitas.  Dengan fungsi ini manusia berusaha untuk memahami sifat dasar dunia dan diri mereka sendiri. Perasa adalah fungsi evaluasi.  Fungsi ini menilai apakah sesuatu dapat diterima atau ditolak berdasarkan baik atau tidak baik.  Fungsi ini juga mengevaluasi apa yang kita inginkan dan yang tidak kita inginkan. Ia memberikan kepada manusia pengalaman subyektif akan kesenangan dan kesakitan, kemarahan, ketakutan, kesedihan, kegembiraan dan cinta.  Fungsi berpikir dan perasa disebut Jung sebagai fungsi rasional karena keduanya menjalankan fungsi evaluasi dan penilaian terhadap realitas hidup manusia.  Dalam fungsi berpikir seorang membuat penilaian atau pertimbangan: apakah ada suatu hubungan yang benar dan logis antara dua atau lebih ide.  Dalam fungsi perasa orang membuat penilaian: apakah suatu ide menyenangkan atau tidak disukai, indah atau buruk, menggairahkan atau membosankan.
 Fungsi pengindra adalah suatu pengertian perseptif yang terdiri dari semua pengalaman sadar yang diproduksi oleh stimulasi organ-organ pengindraan seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan. Fungsi ini menghasilkan fakta konkrit atau representasi dunia.  Intuitif adalah suatu pengalaman yang serta merta diberikan, bukan karena hasil berpikir atau perasa.  Di sini tidak perlu penilaian atau evaluasi baik-buruk, benar-tidak. Ia adalah persepsi di mana dunia  ketaksadaran berproses.  Manusia Intuitif mengatasi fakta, perasaan, dan ide dalam penelitian mereka untuk menemukan esensi dari realitas.  Fungsi pengindra dan fungsi intuitif disebut Jung sebagai fungsi-fungsi irrasional karena keduanya tidak membutuhkan sebab untuk bisa terjadi sesuatu.  Kedua fungsi di atas adalah keadaan mental yang berkembang dari perubahan aksi stimulus individu.  Perubahan ini tidak memiliki aturan atau tanpa maksud sebelumnya. Terminologi “Irrasional” yang digunakan untuk fungsi pengindra dan intuitif tidak berarti bahwa kedua fungsi ini tidak logis atau tidak masuk akal.  Bukan itu maksudnya. Irrasional di sini maksudnya melebihi akal, di luar akal sehat.  Mereka tidak bergantung pada logika, segalanya seperti adanya, bebas dari sebab-akibat.  Fungsi intuitif ini kadang disebut sebagai indra ke enam atau persepsi extra indra.
            Tahun 1962, Isabel Myers meringkas buku tipe psikologi dari Jung dan bersama ibunya Katharyn Briggs membaharui tes: Myers-Briggs Type Indocator (MBTI) yang bertujuan untuk membuat sebuah psiko-tes yang dapat menggolongkan manusia sesuai dengan teori Jung sekaligus merumuskan teori Jung untuk penggunaan praktis.  Teori Jung ini di rumuskan dalam setiap pertanyaan dan dalam setiap perkembangan dari tes Myers-Briggs Type Indicator (MBTI).  Dalam rumusan itu mereka memperluas sekaligus merumuskannya secara eksplisit sikap penilai dan pengamat, yang oleh Jung disinggung secara implisit.  Mereka merasa penting untuk merumuskan preferensi ini karena dua hal, pertama: untuk menjelaskan identitas sikap dan tingkah laku bagi dunia luar.  Kedua: sebagai penghubung Extraver dan Introver, sekaligus untuk mengidentifikasi fungsi dominan dan pembantu dari kedua orientasi dasar tersebut.  Kelompok garis keras aliran Jung, tidak setuju dengan adanya tafsiran tambahan yang dibuat di atas, namun MBTI tetap diterima, diakui, dan digunakan secara luas sebagai salah satu psiko-test terbaik. 
            Berdasarkan perumusan baru itu, maka ada empat skala preferensi manusia, dan setiap skala menampilkan dua preferensi beroposisi.  Skala preferensi ini didasarkan pada:  kemana manusia cenderung untuk memusatkan perhatiannya (Extraver-Introver), cara dan jalan manusia menerima informasi dari luar (pengindra-intuitif), cara membuat keputusan (berpikir-perasa), cara mengamati dan menilai (penilai-pengamat). Dalam Meyers-Briggs Tipe Indcator (MBTI) skala preferensi-preferensi diatas disingkat berdasarkan istilah bahasa Inggrisnya antara lain: Extravertion disingkat E, Introvertion disingkat dengan I, Sensation dikenal dengan S, Intuition dikenal dengan N, Thinking disingkat T, Feeling disingkat dengan F, Perception disingkat P dan Judgment disingkat J. Dalam uraian selanjutnya kami akan menggunakan istilah Indonesianya, tetapi singkatan yang mengindikasikan tipe kepribadian manusia tetap kami gunakan singkatan bahasa Inggris. 

Sumber:
Naisaban,  L. 2003. Psikoloogi Jung: Tipe Kepribadian Manusia dan Rahasia Sukses Dalam Hidup (Tipe Kebijaksanaan Jung). Penerbit PT Grasindo. 

1 komentar: