Senin, 05 September 2011

ADLER (ALFRED ADLER)



Alfred Adler adalah seorang dokter penyakit dalam yang kemudian menjadi seorang psikolog terkenal dengan teorinya psikologi Individual. Ia adalah anak kedua dari enam bersaudara yang lahir di Wina pada tanggal 7 Februari 1870. Ayahnya adalah Leopold Adler dari Burgenland, dan ibunya berasal dari Moravia. Adler tamat sekolah kedokteran dari Universitas Viena pada tahun 1895.  Tiga tahun kemudian ia  menulis bukunya yang pertama tepatnya pada tahun 1898. Sekitar tahun 1900 Adler mempelajari simptom-simptom psikopatologi dalam kedokteran umum. Ia tertarik dengan teori-teori Signum Freud yang sedang lagi dipolemikkan.  Pada tahun 1902 ia bergabung dengan Lembaga psikoanalisis Wina yang didirikan Freud, menjadi anggota dan kemudian ketua Masyarakat Psikoanalisis Wina.  Pikiran dan perumusan Adler mengenai perasaan-perasaan rendah diri (inferior) dan upaya kompensatoris untuk mendapatkan kekuasaan sebagai faktor dasar dalam perkembangan pribadi, mempercepat munculnya keretakan secara terbuka dengan Freud pada tahun 1911. Pada suatu kesempatan Ia diminta menyajikan pandangan-pandangannya dihadapan masyarakat psikoanalisis, yang kemudian disusul dengan kritik dan celaan terhadap pandangannya itu.  Akibatnya Adler mengundurkan diri dari ketua dan beberapa bulan kemudian ia menarik diri dari keanggotaan sekaligus memutuskan hubungan dengan Psikoanalisis Freudian.  Dengan kelompok besar pengikut yang setia, Adler membangun satu sistem teori baru yang terkenal dengan nama: Psikologi Individual
Selama perang dunia pertama, Adler bekerja sebagai dokter pada laskar tentara Austria dan sesudah perang ia tertarik pada bimbingan Anak-anak.  Dalam ceramah, kuliah dan buku-bukunya, dia tidak hanya mengarahkan diri kepada para ahli di bidangnya saja, tetapi memperhatikan juga orang awam yang cerdas, kaum pendidik dan mereka semua yang berminat pada kesejahteraan anak-anak.  Ia juga mendirikan sejumlah klinik bimbingan bagi anak-anak. Pada tahun 1935 Adler menetap di Amerika Serikat di mana ia meneruskan pakteknya sebagai psikiater dan menjadi profesor dalam psikologi medis di Long Island College of Medicine. Ia meninggal di Aberdeen, Skotlandia pada tanggal 25 Mei 1937 ketika ia mengadakan perjalanan keliling untuk memberikan ceramah. 
Adler adalah seorang penulis yang paling produktif dan penceramah yang tidak kenal lelah.  Pengaruh Adler walau besar, tapi waktu itu masih dibawah bayang-bayang Freud.  Baru pada tahun-tahun terakhir ini karyanya semakin mendapat penghargaan, dan teori-teorinya dapat dianggap sebagai landasan dasar bagi perkembangan teori kepribadian dan psikoterapi zaman sekarang.
Teori Adler yang sangat terkenal adalah Individual Psychology (Psikologi individual).  Psikologi Individual adalah sebuah cabang ilmu psikologi yang khusus meneliti perbedaan antar individu, yang sinonim dengan Differential Psychology.  Psikologi Individu Adler merupakan suatu sistem psikologi yang bertujuan untuk memahami, mencegah dan mengobati penyakit-penyakit mental.  Pada mulanya Adler bekerja sama dengan Freud, tetapi ia kemudian tidak puas terhadap penekanan Freud yang berlebihan pada seksualitas dalam perkembangan kepribadian dan menonjolkan gejalah neorosis, menekankan kelemahan dan ketidakberdayaan anak-anak muda dalam perasaan-perasaan inferior mereka (minder dan rendah diri). Adler kemudian mengemukakan suatu ciri psikologi dengan dasar filosofis bahwa: (1) Tingkah laku manusia dimotivasikan oleh dorongan-dorongan sosial, karena manusia pada dasarnya makluk sosial. ia menghubungkan diri dengan orang lain, ikut dalam kegiatan-kegiatan sosial, menempatkan kesejahteraan sosial di atas kepentingan dirinya sendiri. Beda dengan Freud yang mengatakan manusia dikuasai oleh insting-insting yang dibawa sejak lahir, Jung: manusia dikuasai oleh arketipe-arketipe, Adler menekankan minat sosial. (2) Manusia memiliki diri yang kreatif. Konsep ini baru untuk mengimbangi obyektivisme dari psikoanalisis klasik. Diri sebagai penyebab penting tingkah laku manusia. (3) Setiap orang merupakan konfigurasi unik dari  motif-motif, sifat-sifat, minat-minat dan nilai-nilai. Beda dengan psikoanalisis klasik yang menekankan keunikan kepribadian. (4) Kesadaran sebagai pusat kepribadian. Dalam pemikiran Finalisme Fiktif, Adler mengambil alih ide filsafat positivisme yang mengatakan bahwa manusia hidup dengan banyak cita-cita yang semata-mata fiktif, dan hidup berdasarkan harapan-harapannya dan bukan masa lampaunya. Ia tidak parcaya pada takdir, tapi hadir secara mental di sini dan sekarang,
Tema-tema pokok dari teori psikologi Adler antara lain: (1). Mengenai perasaan Inferioritas, Adler mengemukakan dua sember inferioritas yaitu Inferioritas fisik dan inferioritas psikologis. (a) Inferioritas fisik adalah rasa tidak lengkap oleh adanya kekurangan dalam tubuh. Ada inferioritas organ tubuh dan kompensasi berlebihan. Dalam praktek kedokteran Adler tertarik untuk menemukan jawaban: mengapa orang yang terserang penyakit tertentu akan berusaha untuk mengatasinya. Ia menemukan bahwa gangguan pada tubuh sebenarnya merupakan inferioritas dasar yang timbul karena hereditas atau kalainan dalam perkembangan. Contoh terkenal adalah Demosthenes, seorang yang gagap ketika kanak-kanak namun berkat latihan yang keras kemudian menjadi seorang orator ulung yang termasyur; Theodore Roosevelt, yang lemah fisik pada masa mudanya, berkat latihan yang sestimatik menjadi orang yang berfisik tegak. (b) Inferioritas psikologis: yaitu perasaan-perasaan inferioritas yang bersumber pada rasa tidak lengkap atau tidak sempurna dalam setiap bidang kehidupan. Contoh: anak yang dimotivasikan oleh perasaan inferior akan berjuang untuk mencapai taraf perkembangan yang lebih tinggi. Setelah mencapai perkembangan yang diinginkan, muncul lagi perasaan inferiorias lalu ada perjuangan lagi, demikian akan terjadi seterusnya. Perasaan inferioritas bukan suatu pertanda abnormallitas, melainkan justru penyebab segala bentuk penyempurnaan dalam kehidupan manusia. Dari sudut pandang kesehatan mental ada perasaan inferioritas normal: seperti rasa tidak lengkap yang merupakan daya pendorong kuat bagi perkembangan manusia. Manusia didorong oleh kebutuhan untuk mengatasi inferioritasnya dan ditarik oleh hasrat untuk menjadi superior. Dan ada Inferioritas abnormal yang adalah perasaan inferioritas yang dilebih-lebihkan oleh kondisi-kondisi tertentu dalam keluarga dan masyarakat. Misalnya, karena pemanjaan, penolakan anak, kritik berlebihan, yang akan menghasilkan menifestasi perilaku yang abnormal pula. Perasaan inferior akan ditonjolkan secara kuat sekali apabila anak yang bersangkutan benar-benar memiliki inferioritas baik organis maupun inferioritas bayangan (semu), bila ia termasuk dalam jenis kelamin perempuan, atau menjadi anggota suatu kelompok minoritas.
(2). Kompensasi lebih muncul akibat perasaan inferior yang diberi penekanan berlebihan yang selanjutnya akan menuntun anak menuju suatu kegiatan kompensatoris dan satu gaya hidup dengan ciri usaha-usaha aktif untuk mengatasi situasi minus dari inferioritasnya, dengan cara mencapai suatu situasi plus dari superioritas.  Tingkah laku kompensatoris itu condong menuntun orang kepada “kompensasi-lebih” lewat usaha-usaha untuk mendominir orang lain, membangkitkan rasa permusuhan terhadap saingan-saingannya, dan mengembangkan sikap-sikap asosial, seperti ciri-ciri yang dimiliki oleh orang-orang jahat, teror bom, kriminal atau individu yang suka mengasingkan diri. Individu yang menderita sebagai akibat perasaan inferior yang berlebihan, juga akan didorong oleh satu pikiran mengenai nilai diri yang dibesar-besarkan, arahan khayalan yang tidak masuk akal terhadap apa yang sedang diperjuangkan.  Pikiran ini mendominir seluruh gaya hidupnya.  Kesenjangan besar di antara realitas kehidupan individu dengan khayalan yang diidealkan, justru menimbulkan banyak kecemasan, usaha-usaha lebih keras lagi, dan “kompensasi-lebih” yang semakin parah. Dan hal ini akan menimbulkan suatu lingkaran setan yang tak ada ujung pangkalnya. Dalam perjuangan ke arah superioritas, agresi dianggap lebih penting  untuk diperhatikan dari pada seksualitas, lalu Impuls agresi diganti dengan hasrat akan kekuasaan. Kekuasaan disamakan dengan sifat maskulin dan kelemahan selalu di samankan dengan femininitas. Lalu tiga tahap pemikiran Adler  tentang tujuan final manusia adalah: menjadi agresif, menjadi berkuasa, dan menjadi superior. Secara positip superioritas bukan pengkotakan sosial, bukan pula kedudukan tinggi dalam masyarakat, tetapi perjuangan kearah kesempurnaan, yang sama dengan konsep Jung tentang diri, atau aktualisasi diri menurut Golstain. Perjuangan menuju superioritas bersifat bawaan. Semua dorongan itu mendapat kekuatan/daya dorongnya dari dorongan kearah kesempurnaan, dan dalam bentuk berbagai macam sesuai dengan tingkat umur dan situasi.
(3). Adler juga punya minat kemasyarakatan. Ia adalah seorang pembela keadilan sosial dan pendukung domokrasi sosial. Ia memperluas konsepnya dengan memasukkan minat sosial dalam psikologinya. Ia mengatakan bahwa minat sosial nyata dalam kerjasama, hubungan antar pribadi, hubungan sosial, empati dan identifikasi dengan kelompok. Arti terdalam dari minat sosial adalah bahwa individu membantu masyarakat mencapai tujuan terciptanya masyarakat yang sempurna. Minat sosial juga merupakan kompensasi sejati dan tak terelakan bagi semua kelemahan alamia manusia secara individual. Konteks sosial terbentuk sejak lahir, bayi dengan ibunya, dengan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakatnya. Minat sosial bersifat bawaan, manusia adalah makluk sosial dari kodratnya dan bukan kebiasaan belaka, tapi seperti bakat kodrati lainnya, minat sosial ini harus ditumbuhkan lewat bimbingan dan latihan lewat pendidikan keluarga maupun sekolah. Adler mendirikan klinik bimbingan bagi anak-anak.
(4). Penemuan diri kreatif merupakan puncak prestasi Adler sebagai ahli kepribadian manusia.  Diri kreatif adalah penggerak pertama, obat mujarab kehidupan, penyebab pertama dari semua tingkah laku.  Sifatnya padu,  konsisten, berdaulat dalam struktur kepribadian. Ia merupakan jambatan antara stimulus-stimulus dan respons-respons seseorang.  Hakekat dari diri kreatif adalah bahwa manusia membentuk dan membangun kepribadiannya sendiri dari bahan mental heriditas dan pengalaman. Heraditas memberikan kemampuan-kemampuan, dan lingkungan sosial memberikan kesan-kesan. Interpretasi manusia terhadap pengalaman-pengalaman itu menentukan sikapnya terhadap dunia luar.
(5) Dalam memperhatikan penentu-penentu sosial kepribadian, Adler juga mengamati bahwa ada perbedaan kepribadian antara anak sulung, tengah dan bungsu. Perbedaan ini berkaitan erat dengan pengalaman-pengalaman khusus yang dimiliki setiap anak sebagai anggota suatu kelompok sosial. Anak pertama atau sulung biasa mendapatkan banyak perhatian hingga kelahiran anak kedua. Kelahiran anak kedua mengalihkan perhatian orang tua dari dirinya, dan dapat menyebabkan bermacam-macam tingkah laku menyimpang, seperti membenci orang lain, menutup diri terhadap perubahan, merasa tidak aman. Anak-anak sulung juga cenderung menaruh perhatian pada masa lampau khususnya masa-masa mereka menjadi pusat perhatian. Anak sulung yang kurang dipersiapkan untuk menerima anak kedua umumnya dapat menjadi anak bejat, neurotik, penjahat, pemabuk, dan orang yang bermoral bejat. Orang tua yang mempersiapkan anak sulung dengan baik untuk menerima anak kedua, akan mengubah menal anak pertama itu menjadi pelindung, bertanggungjawab. Ciri anak kedua atau anak tengah adalah ambisius. Ia selalu berusaha untuk melebihi kakaknya, cenderung memberontak atau iri hati, tapi umumnya dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik. Gampang bekerja sama. Anak bungsu adalah anak manja. Kemungkinan besar menjadi anak bermasalah dan menjadi orang dewasa neorotik, bila tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
            Pemikiran Adler mengenai Psikologi Individual menjadi terkenal sesudah tahun pendiriannya.  Dan Adler berhasil menarik sejumlah pengikut yang membantunya untuk mendirikan pusat-pusat lembaga bagi praktek Psikologi Individual.  Ketika Adler meninggal sistem pemikirannya menjadi mundur dan kembali dibawah bayang-bayang psikoanalisis Freud.  Tetapi pada tahun-tahun terakhir ini konsep Adler tentang formasi kepribadian, sebab-sebab neurosis, teori terapeutik dan praktek-prakteknya mengalami kelahiran kembali, dan tulisan mengenai subyek ini pun semakin banyak.  Ide-ide Adler disebarluaskan di Amerika Serikat  oleh American Society of Adlerian Psychology dengan cabang-cabangnya di New York, Chicago, dan Los Angeles dan melalui jurnalnya, yakni The American Journal of Individual Psychology
Selama hidupnya ia menerbitkan beratus-ratus buku dan artikel.  Diantaranya yang terkanal adalah:
1.     Gesundheitsbuch fur das Schneidergewerbe (1898);
2.     Study of Organ Inferiority and Its Psychical Comprehension: A Contrubution to Clinical Medicine (1907, 1917);
3.     The Practice and theory of individual psychology (1927, 1964);
4.     The Neurotic Constitution: Outlines of a Comparaive Individualistic Psychology and Psychotherapy (1912, 1930);
5.     Understanding Human Nature (1927, 1947);
6.     Kurze Bemerkungen uber Vernunft Intelligenz und Schwachsinn (1928);
7.     The Problem Child: The Life Style of the Difficult Child as Analyzed in Specific Cases (1930);
8.     What Life Should Mean to You (1931);
9.     Social Interest: A Challenge to Mankind (1933, 1939);
10.  On the Interpretation of Dreams (1936);
11.  The Individual Psychology of Alfred Adler (1956).
12.  Intisari yang lebih ringkas dari pandangan Adler terdapat dalam Psychologies of 1930 (1930) dan dalam International Journal of Individual Psychology (1935). 

Referensi bacaan :
Adler, A. Adler, Alfred. (1968). International Encyclopedia of the SOCIAL SCIENCES. Volume 1: 57-61.
Bruno, F. J., (Terj.) Kamus: Istilah Kunci Psikologi (hal. 15-17), Penerbit Kanisius, 1989.
Chaplin, J. P. ,  Dictionary of Psychology (hal.12-13),  New York: The Bantam Doubleday Dell Publishing Croup, Inc., 1985.
Corey, G., Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (hal.136 ),  California: Brooks/Cole Publishing Company, Pacific Grove, 1991.
Hall C. S. & Lindzey G. , Theories of Personality (hal.157), John Wiley & Sons, Inc. 1978.
Sahakian, W. S., Psychotherapy and Counseling (hal.43 ), Rand McNally College Publishing Company, 1976
Sarwono W. S., Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan tokoh-tokoh Psikologi (hal. 160), PT Bulan Bintang, Jakarta 2000.
Sujanto, A. & Lubis H. & Hadi T., Psikologi Kepribadian (hal.72), Bumi Aksara,1997.
Sumadisuryabrata, Psikologi Kepribadian (hal.183-188), Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001.
The Hutchinson Educational Encyclopedia 2000.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar